Sabtu, 23 September 2023

7 Kiat Menghadapi Anak Tidak Mau Sekolah dan Mengaji

Sebagai orang tua yang pernah memiliki anak yang tidak mau sekolah dan menolak untuk mengaji rasanya kiat ini cukup relate dengan kondisi yang pernah saya alami. Berikut beberapa kiat yang saya lakukan untuk menanganinya.



  • Mencari Tahu Kenapa Anak Tidak Mau Pergi ke Sekolah atau Mengaji 

Saya memiliki anak berusia 5 tahun yang memiliki ketakutan akan sekolah dan tidak mau mengaji. Memang saya sudah memberi pelajaran dasar tentang bagaimana cara memegang pensil, menulis hal dasar seperti membuat 'pagar', membuat 'telur', atau mengaji dengan bantuan buku iqro. 

Akan tetapi, saya masih belum puas karena saya menginginkan pendidikan yang lebih baik bagi anak saya. Terlebih faktor kesibukan dalam rumah tangga membuat pengajaran pada anak lebih sering bolosnya. 

Ketika saya tanyakan alasannya kenapa tidak mau belajar 'di luar', dia menjawab malu, takut, nanti haus saat belajar. Alasan klise yang sebenarnya dia sedang mengalami overthinking tentang bagaimana kehidupan sekolah.


  • Diskusikan dengan Tenang Tentang Kekhawatirannya

Karena saya sudah memiliki alasan anak saya tidak mau pergi sekolah disebabkan rasa malu, saya menjawab, "Nanti perginya sama Mama, Mama temenin sampai selesai, gimana?"

Anak saya masih enggan, lalu saya jawab lagi tentang rasa takutnya, entah takut gurunya galak atau takut teman-temannya tidak suka padanya. Saya jawab lagi, "Guru-guru baik malah lebih galakan belajar sama Mama di rumah. Kalau takut haus, kita bawa minum dari rumah."


  • Ajak Anak untuk Melihat-lihat Tempat Belajarnya
Jika kedua cara di atas masih mendapat respons negatif, ajak anak untuk melihat-lihat tempat belajarnya kelak. Beri tahu hal-hal menarik yang akan dia dapatkan jika belajar di sana. Seperti teman baru yang baik dan menyenangkan. Belajar bersama teman sebayanya biasanya akan meningkatkan rasa semangat berbeda ketika anak hanya belajar sendirian di rumah.

  • Beri Waktu Bagi Anak untuk Mempertimbangkan 
Berikan tenggat waktu bagi anak untuk berpikir dan mempersiapkan mentalnya sampai benar-benar siap, dan berikan kepercayaan bahwa kita sebagai orang tua selalu ada untuknya. Jika anak mengatakan dia mau sekali saja walaupun dia belum benar-benar siap, segera laksanakan dan dampingi anak ke tempat belajarnya sampai pelajaran selesai. 

  • Berikan Apresiasi Saat Anak Mengalami Kemajuan
Mengapresiasi anak saat sikapnya mulai mengalami perkembangan dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Bisa berupa hadiah atau berupa pelukan dan beri ucapan terima kasih karena anak sudah mau berusaha. Hal yang terkesan sederhana, namun cukup berkesan bagi anak. 

  • Beri Ketegasan
Ini memang menguras tenaga dan kesabaran. Rasanya kepala mau pecah saja, dibujuk dengan cara halus tidak mempan lebih-lebih lagi dengan paksaan. Beri ketegasan, bisa berupa hukuman anak tidak boleh main gawai sampai batas waktu tertentu atau membatasi uang jajannya. 

  • Minta Bantuan Orang Terdekat
Kebetulan dalam kasus saya, anak saya cukup dekat dengan pamannya. Ya, pamannya yang masih duduk di bangku SD. Saya meminta adik ipar saya ini untuk mengajaknya jika akan pergi ke masjid sebagai bentuk pengenalan. Dan cara ini ternyata cukup efektif, seiring berjalannya waktu dan anak mulai mengenali lingkungannya bahwa ternyata apa yang ada dalam pikirannya selama ini tentang sekolah dan mengaji tidaklah benar. 


Menghadapi anak entah anak itu hyperactive atau anak rumahan sama-sama memiliki tantangan tersendiri. Restock kesabaran para Moms, ya, jangan dibiarkan kosong. 



Kamis, 21 September 2023

Ngidam Anti-Mainstream yang Membawa Bencana

 Ngidam adalah suatu kondisi yang dialami oleh wanita yang sedang hamil, umumnya ibu hamil menginginkan sesuatu yang terlintas begitu saja tanpa direncanakan. Ngidam biasanya merajuk pada makanan tertentu atau tempat yang ingin didatangi. Ngidam ini biasanya berlangsung di trimester awal kehamilan.

Ada sebuah mitos yang beredar jika ibu hamil sedang ngidam nanti anaknya akan ileran atau mengeluarkan air liur secara berlebihan. Tentu saja ini hanya sebatas mitos belaka, tidak ada penjelasan ilmiah apakah ini benar atau tidak. Yang bagi saya sendiri, ini seperti sesuatu yang sebaiknya dilakukan agar bumil (ibu hamil) merasa senang dan otomatis menyenangkan pula jabang bayi yang sedang dikandung.

Saya sendiri pernah mengalami masa ngidam ini, tetapi bukan makanan atau minuman tertentu yang saya inginkan. Saya malah 'ngidam' menghirup bensin!


Ini memang terdengar tidak biasa dan tidak lazim. Namun saya benar-benar melakukannya. Karena bagi saya saat itu bau bensin terasa wangi juga menggiurkan. Sampai-sampai pernah saya berpikir untuk meminumnya, tetapi saya masih cukup waras untuk tidak melakukan hal itu. 

Saya menceritakan keinginan ini pada suami, walaupun dia merasa heran, suami saya mengabulkan keinginan 'ngidam' yang aneh ini. Dia membukakan tangki motornya kemudian saya hirup selama beberapa saat. Dan ini berlangsung selama beberapa hari.

Sebenarnya saya merasa heran juga ngidam saya ini justru terjadi saat usia kehamilan sudah tujuh bulan atau trimester ketiga. Di awal-awal kehamilan justru saya ngidam hal-hal yang biasa saja. Bukan hanya itu, disamping bensin saya pun menghirup karbol wangi.

Sampai saat persalinan semua baik-baik saja. Anak saya lahir normal berat badan 3400 gram, tinggi badan 50 cm dan lingkar kepala 33 cm. Saat lahir menangis seketika, prediksi lahirpun lebih cepat dari perkiraan bidan. Prediksi bidan akan lahir sore tetapi pukul sebelas anak saya sudah lahir.

Sorenya saya sudah bisa pulang karena tiada ada keluhan apapun. Sepulang dari rumah bersalin anak saya tidur hanya sebentar-sebentar terus menangis. Kami berpikir mungkin bayi saya lapar, memang ASI belum keluar saat itu. 

Sementara sampai ASI keluar, saya memberikan susu formula untuk anak saya tetapi dia masih menolak dan terus menangis sepanjang malam.

Sampai pagi tiba, badannya terasa hangat. Kami tak ingin ambil risiko, suami saya lantas membawanya ke rumah bersalin tempat saya melahirkan. Bidan cukup kaget karena kemarin bayi saya baik-baik saja. Beliau menyarankan anak saya dibawa saja ke dokter anak. Suami saya menerima saran itu.

Sampai siang suami saya belum pulang, ternyata bayi saya menjalani rawat inap sampai akhirnya dirujuk ke rumah sakit dan masuk NICU.

Saya tidak bisa ikut mendampingi kondisi saya masih belum memungkinkan untuk berjalan-jalan terlalu lama, saya terus berkirim kabar dengan suami. Katanya HB-nya rendah dan membutuhkan donor darah secepatnya, karena suami saya terus begadang semalaman darahnya tidak bisa diambil. Beruntung ada salah seorang teman suami yang kebetulan darahnya cocok dengan tipe darah anak saya.

Saya ditemani kakak saat itu, katanya "Kamu harus makan yang banyak biar nanti pas anakmu pulang ASI-nya udah penuh." Saya turuti, semata-mata semi anak. Namun, tidak lama sekitar pukul 15.00 suami saya mengabari lagi, anak kami sudah kembali ke Pemiliknya.

Bayi saya pulang dalam keadaan sudah terbujur kaku. Sampai saya tahu penyebab anak saya pergi karena menderita radang paru-paru. Saya tidak mengerti bagaimana bisa anak sekecil itu memiliki penyakit mengerikan. Dan saya teringat kebiasaan 'buruk' itu.

Secara tidak langsung saya telah 'menghabisi' anak saya sendiri. Membuat anak sekecil itu mendapat tusukan jarum disekujur tubuhnya. Saya ibu yang buruk.

Beberapa orang menyanyakan tempat saya bersalin dan langsung mendapat respon yang kurang baik pada bidan yang menangani saya. Saya tahu diri, saya jelaskan tentang kebiasaan itu, bidan hanya geleng-geleng kepala.

Saya memang tidak memberitahukan 'ngidam' ini saat check up maupun ketika USG, karena memang tidak terpikirkan. Juga tidak ada gejala apapun selama kehamilan. Juga tidak ada gejala apapun selama kehamilan. Biarlah pengalaman ini menjadi pelajaran dalam hidup saya, dan semoga kejadian sama tidak terulang kembali di kehidupan siapapun. 

7 Kiat Menghadapi Anak Tidak Mau Sekolah dan Mengaji

Sebagai orang tua yang pernah memiliki anak yang tidak mau sekolah dan menolak untuk mengaji rasanya kiat ini cukup relate dengan kondisi ya...